Keluhan warga itu terungkap dalam reses anggota Fraksi PKS Andi Cut Muthia yang diselenggarakan di wilayah Serua Indah, Ciputat. “Warga mengadukan keluhan mereka terkait fasus-fasum yang makin banyak dipakai untuk sarana berdagang,” ujar Muthia mengungkapkan aduan warga tersebut.
Padahal, menurut Muthia, fasus dan fasum itu diperuntukkan sebagai sarana bermain anak dan tamasya keluarga. Sehingga, dengan hadirnya pada pedagang asongan dan gerobak di lokasi-lokasi itu merusak pemandangan. “Ini jelas merusak tata kota, sementara Ibu Walikota selalu mengajak warganya agar turut menyukseskan Kota Tangsel sebagai kota modern,” jelasnya.
Dampak dari penyalahgunaan fasus-fasum tersebut, lanjut Muthia, adalah menimbulkan kemacetan terutama di titik-titik keramaian yang berdekatan dengan fasus-fasum tadi. “Kami harap Pemkot melalui aparatnya untuk menindak tegas mereka yang menyalahgunakan fungsi fasus dan fasum itu,” tandasnya.
Masalah lain yang disuarakan warga dalam ajang reses itu adalah soal daerah aliran sungai (DAS) yang di berbagai wilayah Tangsel, terutama di Ciputat. Warga mengeluhkan aliran air sungai yang melalui wilayah mereka makin kotor dan banyak sampah yang dibuang warga lain yang kurang peduli dengan kebersihan sungai.
“Saya akan meneruskannya (keluhan warga) Pemkot agar jajarannya melakukan program kali bersih. Mestinya aparat Pemkot sigap dalam masalah ini. Upaya sosialisasi dan edukasi kepada warga terhadap masalah ini harus terus dilakukan jika Pemkot ingin menjadikan Tangsel sebagai ‘rumah bersama’,” pungkasnya. (Misr)
0 komentar:
Posting Komentar